• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Inggris Redupkan Matahari: Solusi Radikal Atasi Perubahan Iklim Global?

img

Inggris Raya siap menggelontorkan dana hingga 50 juta poundsterling untuk mendukung penelitian inovatif dalam bidang geoengineering, khususnya eksperimen yang bertujuan untuk meredupkan pancaran sinar Matahari. Langkah ini menjadikan Inggris sebagai salah satu investor utama dalam riset geoengineering secara global.

Profesor Mark Symes, yang memimpin program ARIA, mengonfirmasi bahwa serangkaian eksperimen lapangan berskala kecil dan terkontrol akan segera dilakukan untuk menguji efektivitas berbagai metode. Teknologi ini, meskipun kontroversial, berpotensi memberikan solusi sementara untuk mengatasi pemanasan global, sembari upaya pengurangan emisi terus diintensifkan.

Fokus utama penelitian ini adalah pada Sunlight Reflection Methods (SRM), termasuk teknik injeksi aerosol stratosfer. Metode ini melibatkan pelepasan partikel-partikel kecil ke lapisan stratosfer untuk memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke luar angkasa. Dr. Sebastian Eastham dari Imperial College London menyoroti bahwa emisi sulfur dari bahan bakar jet sebenarnya telah memberikan efek pendinginan kecil pada stratosfer.

ARIA menekankan bahwa semua eksperimen akan dirancang dengan sangat hati-hati untuk memastikan keamanan dan reversibilitas. Selain uji coba lapangan, penelitian juga akan mencakup pemodelan, pengujian di dalam ruangan, pemantauan iklim, dan studi tentang persepsi publik terhadap geoengineering.

Meskipun menjanjikan, pendekatan ini juga menuai kritik. Beberapa pihak berpendapat bahwa geoengineering dapat menimbulkan efek samping yang merugikan dan mengalihkan perhatian dari upaya pengurangan emisi yang lebih mendasar. Para ilmuwan senior bahkan menyebut pengelolaan radiasi Matahari sebagai gangguan berbahaya dan mengibaratkannya dengan mengobati kanker menggunakan aspirin.

Salah satu solusi potensial lainnya adalah Marine Cloud Brightening, yang menggunakan kapal untuk menyemprotkan partikel garam laut ke atmosfer, meningkatkan reflektivitas awan. Letusan gunung berapi di Islandia pada tahun 2014, yang melepaskan sejumlah besar sulfur dioksida, memberikan contoh dunia nyata tentang bagaimana partikel-partikel ini dapat mendinginkan planet.

Namun, ada kekhawatiran bahwa geoengineering dapat mengubah pola curah hujan yang penting bagi produksi pangan atau menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan lainnya. Ancaman titik kritis iklim yang semakin dekat telah mendorong minat yang lebih besar terhadap pendekatan ini.

Profesor Jim Haywood dari Exeter University mencatat bahwa emisi kapal menghasilkan garis-garis terang pada awan di atas lautan, memberikan bukti lebih lanjut tentang potensi manipulasi awan. Profesor Symes menekankan perlunya data fisik untuk melengkapi pemodelan, dengan menyatakan bahwa Salah satu bagian yang hilang dalam perdebatan ini adalah data fisik dari dunia nyata.

Para ahli menyerukan adanya moratorium penerapan geoengineering skala besar sampai penelitian lebih lanjut dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang risiko dan manfaatnya. Percobaan yang didanai oleh Inggris ini diharapkan dapat memberikan data kritis yang dibutuhkan untuk menilai potensi teknologi ini secara akurat.

© Copyright 2024 - POTRET SULSEL
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads