Inovasi Guru Desa Menggema Nasional: Ismail Jumereng Raih Terbaik Kedua AGP 2025
SOPPENG,POTRETSULSEL.ID — Dari sebuah sekolah dasar di Desa Lajarella, Kecamatan Marioriawa, lahir sebuah inovasi yang menggema hingga tingkat nasional. Muhammad Ismail Jumereng, S.Ag., guru SDN 53 Lajarella, berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih peringkat terbaik kedua pada ajang Anugerah Guru Prima (AGP) Nasional 2025 kategori Guru SD.
Sebelumnya, Ismail menjadi Juara I tingkat Provinsi Sulawesi Selatan, yang sekaligus menjadikannya wakil resmi provinsi pada kompetisi tingkat nasional. Keberhasilan ini membuat nama Soppeng kembali diperhitungkan dalam peta inovasi pendidikan nasional.
AGP sendiri merupakan penghargaan bergengsi bagi pendidik yang memenuhi kriteria PRIMA: Produktif, Inovatif, Motivator, dan Berkarakter. Para peserta dinilai tidak hanya dari karya, tetapi juga kontribusi, konsistensi, dan karakter kepemimpinan mereka dalam lingkungan sekolah.
Rangkaian AGP Nasional berlangsung sejak awal November. Pendaftaran peserta dibuka pada 1–8 November, dilanjutkan penilaian karya pada 1–10 November. Final penjurian digelar secara daring pada 13 November, sementara pengumuman juara dilaksanakan secara virtual pada 17 November 2025. Puncak penganugerahan akan diadakan pada 29 November 2025.
Ismail menonjol di antara ratusan peserta berkat inovasi teknologi pembelajarannya, yakni Smart Class Device (SCD). Menariknya, Ismail bukan berlatar belakang teknologi, melainkan guru agama. Namun ketekunan dan rasa ingin tahunya membuat ia berani keluar dari batas disiplin keilmuan dan menghadirkan perangkat pembelajaran interaktif yang kini menjadi unggulan sekolahnya.
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Soppeng, Dr. Nurmal Idrus, menyampaikan apresiasi mendalam atas pencapaian tersebut. Ia menilai Ismail adalah simbol bahwa inovasi dapat lahir dari mana saja, termasuk dari sekolah desa.
“Prestasi ini bukan hanya milik pribadi Ismail, tetapi juga kebanggaan seluruh masyarakat Soppeng,” ujarnya. Menurutnya, kegigihan Ismail menekuni teknologi pembelajaran telah membuka mata banyak pihak bahwa guru agama pun bisa memimpin inovasi digital di ruang kelas. “Smart Class Device (SCD) adalah bukti nyata bahwa kesederhanaan bukan batasan untuk berprestasi,” tambahnya.
Dr. Nurmal berharap keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi pendidik lain untuk tidak berhenti belajar dan berinovasi. “Guru-guru di daerah memiliki potensi besar ketika diberikan ruang untuk berkreasi,” tegasnya.
Sementara itu, Ismail mengungkapkan rasa syukurnya atas capaian tersebut. Ia menyebut prestasi itu sebagai pemantik untuk terus menghadirkan pembelajaran yang relevan dengan zaman. “Prestasi ini bukan hanya kebanggaan, tetapi juga motivasi untuk terus menghadirkan pembelajaran yang interaktif, adaptif, dan relevan demi masa depan pendidikan Indonesia,” katanya.
Dengan capaian ini, nama Lajarella dan Kabupaten Soppeng kembali mencuat dalam peta inovasi pendidikan nasional. Dari ruang kelas sederhana, seorang guru menghadirkan gagasan yang melampaui batas, membuktikan bahwa perubahan besar sering berawal dari tempat yang tidak banyak disangka.